Eksotisme Bondowoso: Air Terjun Gentongan, Niagara Mini, dan Kebun Stroberi

Helloooowww…. lama tak jumpo! :mrgreen:

Haduh, sedih banget saya melihat tanggal postingan terakhir di blog ini. Ternyata sudah segitu lama saya menghilang. Mungkin ini karena tingkat ke-alay-an saya mulai berkurang, jadi bawaannya males gitu buka leptop dan mulai ketak ketik isi hati (eaaaak, alesan. Males ya males aja) 😛

Ya, kenyataannya saya memang sedang sangat amat malas untuk menulis lagi. Entah mengapa. Semangat nulis ini muncul lagi ketika ada seorang teman yang memasukkan saya dalam grup “Bloger Tapal Kuda”. Ketika ngobrol dengan mereka, saya jadi rindu ngeblog.

Sebenarnya, banyak cerita yang ingin saya ceritakan. Eh salah, bukan cuma banyak, tapi banyaaaaaaaaaak sekali :mrgreen: . Tapi nggak mungkin kan saya ceritakan semuanya.

Ini adalah cerita terbaru dari saya. Baru weekend minggu lalu. Tentang apa? Biasalah, holiday ya tentang jalan-jalan. Nggak jauh-jauh kok, di kota saya saja, Bondowoso. Ada apa di Bondowoso? Kota kecil begitu. Eh eh jangan salah, kalau kalian liat foto-foto kita yang satu ini pasti mupeng pengen ke sini juga. Bondowoso itu meski kecil, tapi penuh eksotisme. Nggak percaya? Check This Out.

Air Terjun Gentongan

Sudah lama saya punya rencana untuk pergi ke air terjun ini, tapi selalu gagal karena terkendala waktu. Baru minggu kemarin saya bisa mewujudkannya. Dengan mengajak beberapa teman, berangkatlah kita!

Air terjun Gentongan terletak di Desa Watu Capil, Kecamatan Sempol, Bondowoso. Untuk menuju ke sana, kita perlu berjalan kaki sekitar lima ratus meter dari rumah warga. Jalannya lumayan curam, dan berdebu. Jadi, sangat disarankan untuk memakai masker, kain atau sejenisnya untuk menutup hidung. Tidak disarankan pakai masker, kalau kalian ingin merasakan sensasi Black pitch of ngupil (ngarang ngawur), alias upilnya jadi warna item 😆 .

IMG_20151124_175425[1]

Perjalanan Menuju Air Terjun Gentongan, Bondowoso

Baca lebih lanjut

Iklan

Tiga Tancak, Empat Insiden

*Dibuat dengan santai untuk dibaca dengan santai :mrgreen:

IMG-20150803-WA0037

Minggu, 2 Agustus 2015 jam 12 siang seharusnya adalah jadwal saya untuk menepati sebuah “janji” pada seorang sahabat. Kemudian siangnya, sekitar jam 14.00-16.00 WIB, seharusnya adalah jadwal saya “kondangan” ke pernikahan seorang sahabat lainnya. Tapi semua jadwal itu acak-adul gara-gara si “Dodik”! He? Siapa Dodik? Entahlah, saya juga tidak tau siapa sebenarnya si Dodik ini. Tapi yang jelas (jelas nggak sih sebenernya?), gara-gara dia semua perjalanan ini bermula dan semua insiden di dalamnya terjadi.

Dodik, entah siapa Dodik. Mungkin kalau dia ikut, semua insiden ini tidak akan terjadi (bisa jadi). Malam itu, 1 Agustus 2015, sekitar jam 11.30 dini hari. Seorang teman rajuters, Mbk Lina namanya, mengirim pesan kepada saya. Isinya, meminta saya untuk membawa banner “Komunitas Rajut Bondowoso” untuk perjalanan besok. Rupanya Mbak Lina nggak tau, kalau saya tidak bisa ikut dalam perjalanan besok. Alasannya ya karena jadwal yang sudah saya sebutkan di atas. Baca lebih lanjut

Jelajah Bondowoso ke Tancak Suco (Maesan)

Untitled_Panorama1

Liburan berasa sekelebat mata doang… Cepet banget! Andai bisa nambah seenak nambah kuah baso, pasti nggak ada puasnya. Tapi tetap harus disyukuri, karena libur yang “berasa” cepet ini kita  masih ada waktu untuk bisa kumpul keluarga besar, masih ada waktu untuk bisa jalan-jalan sama temen, dan masih ada waktu untuk bisa saling maaf memaafkan. Saya mengucapkan “Minal Aizin Walfaizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Maafin segala kesalahan Anis Lotus ya gaes! Meski belum pernah bersua, mungkin ada kata-kata di tulisan saya yang tidak berkenan dihati para pembaca dan blogger sekalian. Semoga kita bisa bertemu dengan bulan Ramadhan tahun depan. Amiin

Eh, balik lagi ke liburan. Kemarin, tanggal 21 Juli 2015, Tim Jelajah Bondowoso melakukan perjalanan lagi. Kali ini destinasinya adalah Tancak Suco, yang terletak di desa Suco Kecamatan Maesan. Saya ikut dalam perjalanan ini bukan untuk membawa nama Komunitas Rajut jalan-jalan, tapi asli sebagai pengikut Tim Jelajah Bondowoso. Awalnya sempat ragu, karena khawatir akan bentrok dengan jadwal silaturahmi keluarga, maklum masih suasana lebaran. Syukurlah, kegiatan silaturahmi bisa diselesaikan tanggal 20 Juli, jadi saya bisa ikut. Sebenarnya tanggal 20 Juli pun ada acara jalan-jalan ke Kawah Wurung bersama teman-teman SMA, tapi ya apa boleh buat… pada akhirnya memang harus memilih.

Kita janjian di rumah salah satu Tim Jelajah Bondowoso (Jbond) jam 07.00 WIB. Pasti tau kan, jamnya Indonesia? Bilangnya jam tujuh, ngaretnya bisa 30 menit sampai satu jam. Jadi sebagai warga negara yang patuh budaya (jangan ditiru) saya berangkat dari rumah pukul tujuh sampai di tepat janjian pukul 07.30 WIB :mrgreen: . Sampai di tempat, kita masih menunggu salah seorang anggota Tim yang sampai detik saya menginjakkan kaki di halaman rumah salah satu Tim JBond, dia baru terbangun dari tidurnya. Haha Baca lebih lanjut

Lukisan Tuhan, Kawah Ilalang (Part 2)

Sampai di puncak, kita makan bersama. Ini adalah tradisi para “Relawan Muda Bondowoso”. Mereka membawa beberapa nasi bungkus kemudian dijadikan satu untuk dimakan bersama. Indahnya kebersamaan ya 😀

11

Kebersamaan

Setelah perut terisi, kami melanjutkan perjalanan… dan inilah salah satu pemandangan yang menakjubkan. Melihat kawah ilalang dari atas. 😀 Baca lebih lanjut

Cerita Saya dan Lumajang

Nama kota ini adalah Lumajang. Salah satu kota kecil di Jawa Timur. untuk lebih jelasnya bisa cari-cari sendiri di Eyang Google :mrgreen: .Kota ini sering disebut sebagai kota pisang karena di sini terdapat berbagai macam pisang dan olahannya. Saya dulu sering dibawakan keripik pisang oleh salah satu teman kost. Kebetulan tantenya adalah pemilik usaha keripik pisang di Lumajang. Wah, suer itu enak banget! Beda dengan keripik pisang lainnya yang pernah saya makan. Keripiknya tebal tapi renyah, diselimuti gula cair yang KRESS banget kalo dimakan. Matep pokoknya. 😀

Kenapa tiba-tiba saya ingin menulis tentang Lumajang? Nggak ada maksud apa-apa sih, Cuma kemarin saya pulang dari Surabaya dan bis yang saya tumpangi melewati kota ini. Tiba-tiba jadi teringat banyak cerita, meski Cuma beberapa kali mengunjungi kota ini.

Lumajang adalah kota yang cukup unik. Suasana kotanya tidak jauh beda dengan Jember. Cuma mungkin lebih sepi dan lebih sejuk. Bahasa yang dipakai oleh masyarakat juga tak jauh berbeda, ada Jawa ada Madura. Kebanyakan teman saya yang berasal dari Lumajang menggunakan bahasa Jawa yang halus. Baca lebih lanjut