Orang Ter’Aneh Yang Pernah Saya Temui (2)

“Bapak ini mau apa sih? Tadi itu bapak yang salah! Kenapa pake nyalip-nyalip segala, udah tau jalanan padat masih nyalip juga…” omelku

Sebenarnya orang itu tidak terlalu tua, umurnya kira-kira 30an, belum pantas dipanggil Bapak. Aku terus memacu motorku, namun sampai di tikungan orang itu menjajari kami sampai mepet, menggiring motor kami menuju pinggir jalan dan menghadang hingga motor kami tidak bisa berkutik. Kami berhenti tepat di depan sebuah toko kecil yang sepi dimana pemiliknya sedang duduk di depan toko menunggu pelanggan.

Orang tidak sabaran itu langsung turun dari motornya (lupa merk motornya) dan langsung menjulurkan tangannya mencabut dan merampas kunci motorku. Temanku tampak gemetar ketakutan di belakang punggungku. Aku yang sedari tadi merasakan kejanggalan tetap bersikap seperti biasa. Hanya saja dalam hatiku terus bertanya “apa aku harus takut dengan orang ini? Apa aku benar-benar melakukan kesalahan? Apa orang ini waras? Apa orang ini iseng?” semua kegalauan itu berkumpul menjadi satu melahirkan wajah tanpa ekspresi.

“Buka helm mu!” bentak orang itu. Aku membuka helmku dengan tenang.

“ada apa sih Mas” sekarang aku panggi Mas karena sadar kalau dia belum pantas dipanggil Bapak. Melihat wajahku yang tanpa rasa takut matanya makin melotot.

“Kau ini… Perempuan macam apa kau? Disuruh minggir dari tadi tak mau minggir!” katanya dengan tajam. Orang ini berperawakan sedang untuk seorang laki-laki dan berkulit putih. Logat bataknya menandakan bahwa dia bukan orang asli kota ini.

“Ini sebenarnya masalahnya apa Mas, kita bisa omongkan baik-baik” kata temannku berusaha bersikap lembut agar suasana tidak tambah panas. Aku diam saja sambil melipat tanganku.

“Sudah terlambat untuk dibicarakan baik-baik! Dari tadi disuruh minggir tak mau minggir!” bentaknya. Akhirnya aku turun dari motor.

“Sebenarnya masalahnya apa Mas? Motor Mas lecet gara-gara benturan tadi? Mau saya ganti? Mari saya ganti… mana yang rusak?” ujarku berusaha sabar sambil melihat bagian balakang motornya yang terlihat baik-baik saja.

“Kau ini sok sekali ya? Sok kaya! Apa kau punya uang banyak?! Jangan sok kaya!! Sudah terlambat untuk diselesaikan baik-baik!” bentaknya.

“terus Mas ini maunya gimana??” tanyaku tak sabar.

“Sudah terlambat! Kau tau tidak,aku ini sedang mencari preman! Kau ini tak punya rasa takut! Perempuan macam apa kau ini? Kalau kau laki-laki sudah habis kepalamu itu!”

Darahku mulai sedikit panas mendengar ucapan orang ini. Tapi aku masih bingung harus merasa bagaimana, apa aku harus takut dengan orang ini? Apa aku harus marah juga? Akhirnya aku memutuskan untuk meluruskan masalah ini.

“Oke mas, kita cari tau akar masalahnya di sini, saya ingin menjelaskan kejadian tadi, coba kita dengar pendapat Bapak itu, siapa yang benar dan siapa yang salah….” kataku. Aku menoleh pada bapak penjaga warung yang sedari tadi menonton setiap adegan yang kita lakukan. Namun ketika aku hendak memanggil Bapak itu untuk menjadi pihak ketiga, Bapak itu sudah melambaikan tangan terlebih dahulu menolak untuk ikut campur, kemudian ia masuk ke dalam tokonya. Aku hanya bisa diam terpaku.

“Trus saya harus gimana Mas? Kalau memang saya salah, saya minta maaf…”ujarku.

“Iya mas, kan bisa diselesaikan baik-baik..” tambah temanku.

“Ah, sudah terlambat!”katanya. kemudian diam sejenak,Nafasnya naik turun.

“Kau ini anak siapa?” tanya orang itu.

Saya mengernyitkan alis mendengar pertanyaan tak nyambung itu,“Ya anak bapak sama ibu saya mas…” jawabku sekenanya.

“Dimana rumahmu? Pulang jalan kaki sana! Kunci kontak saya tahan!” katanya. Aku sedikit terkejut juga mendengar pernyataan itu. Temanku yang sedari tadi gemertar makin berusaha membujuk orang itu untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara-baik-baik. Aku yang masih merasakan kejangggalan tak tau harus merasakan apa.

“Ya sudah kalu gitu kita duduk dulu saja dulu” akhirnya aku mengajak orang itu dan temanku duduk di depan toko yang sudah ditinggalkan oleh pemiliknya itu.

“Ayo lah Mas, sebenarnya masalahnya apa, mari kita selesaikan baik-baik” bujuk temanku pantang menyerah. Mas itu kini duduk dengan menghisap rokoknya dalam-dalam.

“sudah lah Nyong*! Mas ini lagi emosi biarkan saja dulu” ujarku.

“Iya, saya itu lagi emosi…” katanya secara spontan.

“…………………….”

Saya dan si Nyong saling berpandangan sejenak kemudain meladaklah tawa kami.

HAHAHAAHAAHAHA

“Lho, kenapa kalian tertawa? Kenapa?” tanyanya kaget.

Bukan kenapa-kenapa, tapi coba dipikir, disaat dia sedang marah pada kami, dia mengucapkan kata-kata itu… itu lebih terihat seperti curcol (curhat colongan). Dan itu memperjelas posisi kami sebagai korban pelampiasan kemarahan orang tak jelas ini.

Beberapa menit kemudian setelah semuanya reda, baik amarah, kebingungan dan tertawanya. Aku berdiri dari dudukku.

“Ya sudah kalau begitu Mas, kunci motor saya ambil Mas saja… lagian rumah teman saya sudah dekat, motornya bisa saya tuntun… saya juga masih punya kunci motor cadangan dirumah, tinggal telpon orang rumah saja”

Saya dan si Nyong beranjak menuju motor. Setelah beberapa langkah saya berjalan, orang itu memanggil.

“Heh, heh, heh,,, mau kemana? Ya sudah! Ini saya kembalikan!” katanya sambil tetap memegang batang rokoknya.

“Beneran ni Mas?” tanyaku. Orang itu mengangguk-ngangguk dengan ekspresi tak nyaman.

“Impas nih Mas?” tanyaku lagi.

“Iya! Cerewet amat!” bentaknya

“Beneran ya Mas..” Ujarku lagi, sengaja ingin melihat ekspresi wajah tak nyamannya.

“Iya sana! Pergi sana!” katanya sambil tangannya dilambaikan ke depan seperti mengusir ayam.

Akhirnya kami  melanjutkan perjalanan dan sampai dirumah teman kami dengan selamat. Setibanya disana kami langsung minta minum kemudaian bercerita tentang pengalaman itu dengan semangat 45!! Teman yang kami kunjungi sampai bingung karena tamunya datang dengan keadaan syok dan cerita yang tidak ia mengerti.

Hahh… Benar-benar pengalaman aneh tapi nyata yang tak akan terlupakan! Sekarang saya berfikir tentang darimana saya bisa mendapatkan keberanian saat itu? Kalau saya takut saat itu, apa yang akan terjadi? Bisa saja saat itu saya panik, kebingungan, ketakutan, memohon maaf pake nyembah-nyembah atau menyerahkan kunci motor begitu saja pada orang itu…

Kemudian saya menyadari akan kasih sayang Allah yang begitu berlimpah. Dari mana semua itu kalau bukan dari Allah? Semoga kita semua senantiasa selalu dalam lindungan-Nya… Amiin

*Nyong: panggilang untuk teman saya

Selesai

34 pemikiran pada “Orang Ter’Aneh Yang Pernah Saya Temui (2)

  1. di balik kekasaran yang ia tampilkan sepertinya justru ia sedang ketakutan menghadapi masalah yang sedang merundungnya. Beberapa lelaki yang tidak mau mengakui ketakutanya malah menutupi perasaan itu dengan bersikap sok jago.

    I knew…i’ve been there 🙂

  2. Nyong? Orang timur, ya temannya?
    Eh, ternyata orang itu ‘cuma mau curhat’… Gila!
    Menghadapi orang yang keras begitu kadang agak susah, juga ya… Mbak yang sudah pasang gaya berani saja dia tetap masih keras… (kalau saya mungkin sudah emosi dan berkelahi, hehehe…)

  3. teringat kemaren perjalanan di pantura entah siapa yang salah saya tidak tahu persis sampai sopir bus di marah-marahi dan sempat dipukul juga sepertinya oleh orang yang merasa berkuasa

Tinggalkan Balasan ke anislotus Batalkan balasan