Orang Ter’Aneh Yang Pernah Saya Temui (1)

Siang hari ini matahari bersinar terik. Panasnya menyengat seperti menggigit-gigit permukaan kulit, ditambah dengan keramaian jalan raya yang membuat keadaan makin panas sehingga menimbulkan rasa tidak sabar ingin cepat-cepat sampai kosan. Ternyata di depan sana sedang ada demo! Motor-motor dan mobil-mobil berjalan perlahan-lahan  menerebos kemacetan. Hhhh… Ada-ada saja. Saya tidak mau banyak komentar dengan masalah demo mendemo yang dilakukan mahasiswa ini…

Melihat keramaian jalan raya, saya jadi teringat suatu peristiwa yang pernah saya alami. Akhirnya sekarang saya ingin cepat-cepat sampai kosan untuk menulis cerita ini… Hehe

Okkey kita mulai…

Kisah ini tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Kisah nyata terunik yang pernah saya alami. Kisah tentang bertemu dengan orang aneh.

Waktu itu saya masih kelas tiga SMA. Saya dan teman saya hendak pergi ke rumah seorang teman. Hari itu hari minggu dan keesokan harinya adalah hari raya Idul Fitri, bisa dibayangkan kan bagaimana penuhnya jalan raya saat itu? banyak orang yang berbelanja kebutuhan untuk beberapa hari ke depan, karena besok pasti tidak akan ada toko buka.

Saya dan teman saya pergi dengan mengendarai sepeda motor. Kira-kira jam 08.00 WIB kami berangkat. Saya yang nyetir. Ketika sampai di depan pasar tradisional jalanan sangat padat. Padat dengan tukang becak, padat dengan ibu-ibu dan dan tukang angkut barang, padat dengan sepeda motor, dengan mobil, dan lain sebagainya. Saya dan teman saya menunggu pergerakan kendaraan dengan cukup sabar. Di depan saya ada mobil Jip berwarna merah dan bapak-bapak pengendara motor di belakangnya. Saya sengaja menjaga jarak dengan motor yang ada di depan saya itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Saat mobil dan motor di depan saya jalan, saya juga menarik gas untuk mengejar antrian kemacetan. Namun tiba-tiba ada pengendara motor yang tidak sabar menyalip saya saat mobil dan pengendara motor yang ada di depan saya bergerak maju. Namanya juga jalan padat dan ramai, mobil di depan saya yang baru saja menarik gasnya langsung ngerem mendadak karena ada sesuatu di depan sana. Secara otomatis pengendara motor yang sudah saya jaga jaraknya itu juga ikut mengerem, begitu pula dengan pengendara sepeda yang menyalip saya. Kini pengendara itu berada tepat di depan saya menyelinap di tempat  yang sudah saya sediakan untuk menjaga jarak dengan pengendara motor yang ada di depan saya tadi.

Untung saja saya sigap, tanpa pikir panjang saya langsung menginjak rem belakang dan menarik rem depan. Namun karena terlalu sempit dan mendadak, benturan pun tak terelakkan. Ban depan saya sedikit membentur plat nomor pengendara yang tidak sabaran itu. Hati saya sedikit kesal atas ulah pengendara itu. Namun karena jalanan ramai ya saya maklumi lah, tidak saya omelin dan tidak saya beri kelakson panjang.

Begitu melewati pasar, kepadatan mulai mencair. Orang yang tidak sabar itu terlihat menengok-nengok ke belakang seperti sedang mencari orang yang sudah membentur sepedanya.

Saya yang berada tepat di belakangnya hanya menatap matanya dengan tajam lalu saya pacu motor menyalip orang itu.

Setelah jalan benar-benar lenggang, saya yang serius menyetir tiba-tiba mendengar suara dari arah samping kanan.

“Woi, Woi! Minggir… Minggir…” katanya. Ternyata dia adalah pengendara tidak sabaran itu.

“Ada apa Pak?” tanya teman saya tapi masih tetap di atas motor yang sedang berjalan. Sedangkan saya hanya melirik sesekali.

“Pokoknya minggir dulu… Kalian ini tadi salah tapi tidak minta maaf” katanya dengan logat Batak.

“Nggak usah berhenti Nis, paling-paling juga orang iseng” bisik teman saya.

Saya yang memang tidak berniat menghentikan motor, terus memacu motor saya dengan kecepatan sedang.

Orang itu masih tidak menyerah, dia menjajari motor saya lagi dan kini dia membuka helmnya.

“Saya bilang minggir!” katanya mulai membentak dan wajahnya mulai gusar.

Saya tetap tidak mengurangi kecepatan. Saya terus jalan.

“Anak ini benar-benar! Minggir dulu aku bilang!” bentaknya. Ada rasa janggal di hati saya, saya benar-benar merasa tidak punya masalah dengan orang ini. Karena saya juga sedikit kesal, akhirnya saya angkat bicara sambil tetap berusaha konsentrasi pada jalan raya.

“Bapak ini mau apa sih? Tadi itu bapak yang salah! Kenapa pake nyalip-nyalip segala, udah tau jalanan padat masih nyalip juga…” omelku

Sebenarnya orang itu tidak terlalu tua, umurnya kira-kira 30an, belum pantas dipanggil Bapak. Aku terus memacu motorku, namun sampai di tikungan orang itu menjajari kami sampai mepet, menggiring motor kami menuju pinggir jalan dan menghadang hingga motor kami tidak bisa berkutik. Kami berhenti tepat di depan sebuah toko kecil yang sepi, dimana pemiliknya sedang duduk menunggu pelanggan di depan toko.

lanjut ke next posting…

10 pemikiran pada “Orang Ter’Aneh Yang Pernah Saya Temui (1)

  1. hadeh…. kirain udah selesai ceritanya… 😀 TAUNYA MASIH ADA LANJUTANNYA…
    ohya,,, mau ngasih saran nhe, kayaknya kalo nulis cerita kayak gini pake bahasa sehari-hari adja.. yah biar santai n enak bacanya.. 😉
    kalo kayak gini terkesan formal banget. hee

  2. minta ijin bertamu……… salam kenal dan salam persahablogger:-D berkunjung balik yaaah..hehehe

    salam kenal juga buat yang lain …..main2 ke blog saya yaa gan….!!!!

Tinggalkan Balasan ke Asop Batalkan balasan